Rabu, 04 Januari 2012

Agar Tidak Jadi Korban - ayo mengenal gas karbon monoksida




Ayo Kita "PDKT" Dengan Carbon Monoksida
Belum lama ini kita mendengar kabar bahwa Adesagi dan Randi ditemukan tewas akibat keracunan gas monoksida.Tidak lama setelah itu,sepasang suami istri ditemukan tewas dalam sebuah kamar yang terkontaminasi karbon monoksida.Ada lagi kabar soal 6 penumpang yang tewas didalam mobil dalam Kondisi AC Menyala
dan masih banyak kasus-kasus keracunan serupa dan bisa jadi akan ada korban-korban selanjutnya.

So...seperti apakah karakteristik Gas carbon ini.?


Karbon Monoksida

Karbon monoksida, rumus kimia CO, adalah gas yang tak berwarna, tak berbau, dan tak berasa. Ia terdiri dari satu atom karbon yang secara kovalen berikatan dengan satu atom oksigen. Dalam ikatan ini, terdapat dua ikatan kovalen dan satu ikatan kovalen koordinasi antara atom karbon dan oksigen.

Karbon monoksida dihasilkan dari pembakaran tak sempurna dari senyawa karbon, sering terjadi pada mesin pembakaran dalam. Karbon monoksida terbentuk apabila terdapat kekurangan oksigen dalam proses pembakaran. Karbon monoksida mudah terbakar dan menghasilkan lidah api berwarna biru, menghasilkan karbon dioksida. Walaupun ia bersifat racun, CO memainkan peran yang penting dalam teknologi modern, yakni merupakan prekursor banyak senyawa karbon.
Karbon Monoksida Dalam Atmosfer


Karbon monoksida, walaupun dianggap sebagai polutan, telah lama ada di atmosfer sebagai hasil produk dari aktivitas gunung berapi. Ia larut dalam lahar gunung berapi pada tekanan yang tinggi di dalam mantel bumi. Kandungan karbon monoksida dalam gas gunung berapi bervariasi dari kurang dari 0,01% sampai sebanyak 2% bergantung pada gunung berapi tersebut. Oleh karena sumber alami karbon monoksida bervariasi dari tahun ke tahun, sangatlah sulit untuk secara akurat menghitung emisi alami gas tersebut.

Karbon monoksida memiliki efek radiative forcing secara tidak langsung dengan menaikkan konsentrasi metana dan ozon troposfer melalui reaksi kimia dengan konstituen atmosfer lainnya (misalnya radikal hidroksil OH-) yang sebenarnya akan melenyapkan metana dan ozon. Dengan proses alami di atmosfer, karbon monoksida pada akhirnya akan teroksidasi menjadi karbon dioksida. Konsentrasi karbon monoksida memiliki jangka waktu pendek di atmosfer.

CO antropogenik dari emisi automobil dan industri memberikan kontribusi pada efek rumah kaca dan pemanasan global. Di daerah perkotaan, karbon monoksida, bersama dengan aldehida, bereaksi secara fotokimia, meghasilkan radikal peroksi. Radikal peroksi bereaksi dengan nitrogen oksida dan meningkatkan rasio NO2 terhadap NO, sehingga mengurangi jumlah NO yang tersedia untuk bereaksi dengan ozon. Karbon monoksida juga merupakan konstituen dari asap rokok.
Bagaimana Gas Ini Membunuh?


Karbon monoksida sangatlah beracun dan tidak berbau maupun berwarna. Ia merupakan sebab utama keracunan yang paling umum terjadi di beberapa negara.Paparan dengan karbon monoksida dapat mengakibatkan keracunan sistem saraf pusat dan jantung. Setelah keracunan, sering terjadi sekuelae yang berkepanjangan. Karbon monoksida juga memiliki efek-efek buruk bagi bayi dari wanita hamil. Gejala dari keracunan ringan meliputi sakit kepala dan mual-mual pada konsentrasi kurang dari 100 ppm. Konsentrasi serendah 667 ppm dapat menyebabkan 50% hemoglobin tubuh berubah menjadi karboksihemoglobin (HbCO). Karboksihemoglobin cukup stabil, namun perubahan ini reversibel. Karboksihemoglobin tidaklah efektif dalam menghantarkan oksigen, sehingga beberapa bagian tubuh tidak mendapatkan oksigen yang cukup. Sebagai akibatnya, paparan pada tingkap ini dapat membahayakan jiwa. Di Amerika Serikat, organisasi Administrasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja membatasi paparan di tempat kerja sebesar 50 ppm.

Mekanisme bagaimana karbon monoksida mengakibatkan efek keracunan belum sepenuhnya dimegerti, namun hemoglobin, mioglobin, dan sitosom oksidase mitokondria diduga terkompromi (compromised). Kebanyakan pengobatan terdiri dari pemberian 100% oksigen atau terapi oksigen hiperbarik, walaupun pengobatan ini masih kontroversial.Keracunan karbon monoksida domestik dapat dicegah dengan menggunakan detektor karbon monoksida.
Beberapa Sumber Penghasil Karbon Monoksida



0.1 ppm - kadar latar alami atmosfer
0.5 to 5 ppm - rata-rata kadar latar di rumah
5 to 15 ppm - kadar dekat kompor gas rumah
100-200 ppm - daerah pusat kota Meksiko
5,000 ppm - cerobong asap rumah dari pembakaran kayu
7,000 ppm - gas knalpot mobil yang tidak diencerkan - tanpa pengubah katalitik
30,000 ppm - asap rokok yang tidak diencerkan
Pertolongan Pertama Pada Korban




  1. Segera Bawa korban ke tempat yang jauh dan aman daru sumber karbon monoksida
  2. longgarkan pakaian korban untuk memudahkan ia bernafas
  3. pastikan korban masih bernafas dan segera berikan oksigen murni
  4. korban harus istirahat dan tidak diperbolehkan sama sekali untuk banyak gerak
  5. setelah itu baru bawa korban ke rumah sakit terdekat
Untuk Di Mobil,Berikut ada tips pencegahan


  1. Rutin memeriksakan sistem pembuangan kendaraan setiap tahunnya, kebocoran kecil saja pada sistem pembungannya bisa memicu gas beracun karbon monoksida masuk ke dalam mobil.
  2. Jangan pernah menyalakan mobil di dalam garasi tertutup, karbon monoksida bisa cepat memenuhi ruangan tersebut. Sebaiknya membuka jendela dan pintu ketika mobil berhenti sehingga sirkulasi udara berjalan dengan baik dan udara luar bisa menetralisisr karbon monoksida.
  3. Jika ingin beristirahat dalam mobil, jangan menutup semua kaca dan pintu dengan penyejuk udara yang masih menyala. Banyak kasus kematian dalam mobil akibat tertidur dan keracunan gas karbon monoksida.
  4. Periksa Sistem AC apakah ada atau tidak kebocoran
Info Tambahan



Tidak Seperti Indonesia,Di Amerika hampir semua tempat tinggal terutama kota-kota besar seperti New York telah di pasangi Karbon Monoksida Detektor Minimal Satu Perangkat.Dengan adanya alat ini dapat meminimalisir korban yang jatuh akibat paparan gas mematikan ini,apalagi di daerah penuh polutan seperti New York.Di Indonesia sendiri alat semacam ini sudah tersedia,Namun karena kurangnya sosialisasi tidak banyak masyarakat yang tahu.




sumber :http://www.kaskus.us/showthread.php?t=12345131

Tidak ada komentar:

Posting Komentar